"Gak pernah semuak ini jadi WNI"
Ya Tuhan kenapa aku WNI, #kaburajadulu - seringkali digunakan sebagai yapping yang sering digaungkan saat kami merasa sudah sangat lelah hidup sebagai masyarakat di negara yang (mungkin) gak bakal pernah maju ini.
Namun, rasa muak sebagai WNI semakin memuncak akhir-akhir ini. Genap 8 dekade Indonesia merdeka, bahkan belum habis bulan Agustus, kami sebagai warga negara harus dihadapkan dengan beragam tragedi yang sangat menyesakkan dada.
Belum hilang di bayangan saya, sosok kecil Raya yang meninggal dunia karena infeksi cacing kronis pada tubuhnya. Kami harus menghadapi adanya kenaikan tunjangan bagi anggota dewan yang rasanya sangat tidak masuk akal, di saat rakyatnya saja sulit buat makan dan mengakses layanan kesehatan yang layak. Ditambah, kelakuan pejabat tolol di parlemen yang tone deaf, mati empatinya, namun masih bisa menari-nari di atas kesengsaraan masyarakat Indonesia.
Affan dibunuh Polisi
Rekaman itu trending di X, berseliweran di lini masa tanpa editan, tanpa sensor. CCTV aksi massa saat itu bukan berupa CCTV Bardi, tapi dari kamera ponsel masyarakat di sekitar Gedung DPR/MPR RI pada 28 Agustus 2025. Rekaman itu merekam Affan, seorang driver online Gojek yang meninggal dunia karena dilindas oleh barracuda Brimob. Mobil taktis yang dengan sengaja di-gas ngeng padahal banyak masyarakat di sekitarnya sedang melakukan aksi unjuk rasa. Sekali lagi, Affan dibunuh polisi.
Who do you call, when the police murders?
Reset Indonesia bukan sekadar akal-akalan antek asing, bukan sekadar tagline kampanye di sosial media. Tapi bentuk harapan, perbaikan buat negara ini.
Sebab nyatanya kami hanya ingin memberi aspirasi bukan dibuat mati.
- jurnaldhena
0 comments