Sesuai judulnya, kali ini ingin bercerita tentang salah satu fase kehidupan pasca kuliah (re: KERJA). Kalau kata orang-orang, bekerja adalah masanya untuk mengimplementasikan ilmu yang sudah didapatkan semasa sekolah dan kuliah. Apakah benar begitu fellas?
Alhamdulillah saat ini gue bekerja di sebuah lembaga konsultan dan start-up digital marketing. Kalau bingung kenapa bisa dua perusahaan, akan gue jelaskan lebih lanjut ya nanti. Dari kedua pekerjaan tersebut, rasanya memang masih cukup relate sama background pendidikan gue terdahulu yaitu Komunikasi. Meski semua bidang pekerjaan juga sebetulnya butuh komunikasi, iya gak sih😄? Tapi kalau mengikuti jurusan kuliah gue yaitu Manajemen Komunikasi, bidang pekerjaannya itu memang lebih ke program kerja yang biasanya ada di LSM, lembaga pemerintah, yang ranahnya ke social marketing, advokasi etc. Tapi sepertinya buat gue sendiri memang belum ada jalan kesana.
Nah, pertama kali merasakan apa itu "bekerja" sekitar tahun 2015 dengan menjadi SPG properti syariah. Ada kisah yang cukup mengesankan pada saat itu, selain karena pengalaman pertama bekerja, tentunya dapat gaji pertama pula.
Jadi awalnya gue dan Mba Iya (kakak gue yang cewek), ditawarin sama Pakde gue yang merupakan developer perumahan buat bantu memasarkan di sebuah pameran properti, jadi SPG gitu. Gue sama Mba Iya gak nolak karena fee-nya lumayan gede dan kerjaannya juga lumayan gampang, sebar brosur sama casciscus aja. Event-nya waktu itu adalah Indonesia Property Expo (IPEX), berlokasi di JCC, selama 4 hari acara. FYI, event planner atau EO dari pameran IPEX tersebut adalah perusahaan EO tempat Almarhum Bapak gue bekerja.
Inget banget saat itu, gue sama Mba Iya pulang pergi ke acara tersebut bareng Bapak. Bapak setiap ketemu sama temen-temen kantornya pasti langsung ngenalin kita berdua "INI NIH ANAK-ANAK GUE" dengan bangganya gitu. Dulu ngebayangin, gue sama Mba Iya yang lagi sebar-sebar brosur gini aja Bapak gue bangga ngenalin ke teman-temannya, apalagi nanti kalau udah sukses beneran hahaa mewek😂.
Bapak bisa dibilang udah punya posisi yang lumayan penting di kantornya yang bergerak di bidang EO tersebut. Sangat mudah bagi Bapak sebetulnya buat "masukin" anak-anaknya buat bekerja di kantornya. Tapi apakah Bapak melakukan itu? Well, no😆. Bapak memang bukan tipe yang mau memanfaatkan jabatannya dan menjadi "orang dalam" bagi karir anak-anaknya.
Bapak memang sudah membiasakan anak-anaknya untuk berjuang sendiri jika ingin meraih sesuatu. Memaksimalkan potensi dan skill yang dimiliki agar bisa bersaing. Dan yang paling penting, (usahain deh) jangan pakai yang namanya "orang dalam". Kalau lo bisa mendapatkan sesuatu dengan usaha sendiri kenapa harus maksa dengan memanfaatkan privilege orang dalam. Referensi, rekomendasi orang dalam, anything you name it, gak salah juga sih. Tapi pesan Bapak itu sejujurnya sangat bermanfaat buat kehidupan gue pribadi sampai saat ini. Effort gue dalam meraih sesuatu jadi semakin besar, gue berusaha untuk selalu mandiri, tidak mengandalkan orang lain dan tentunya jadi makin tawakal sama yang di atas.
Nah, pertama kali merasakan apa itu "bekerja" sekitar tahun 2015 dengan menjadi SPG properti syariah. Ada kisah yang cukup mengesankan pada saat itu, selain karena pengalaman pertama bekerja, tentunya dapat gaji pertama pula.
Jadi awalnya gue dan Mba Iya (kakak gue yang cewek), ditawarin sama Pakde gue yang merupakan developer perumahan buat bantu memasarkan di sebuah pameran properti, jadi SPG gitu. Gue sama Mba Iya gak nolak karena fee-nya lumayan gede dan kerjaannya juga lumayan gampang, sebar brosur sama casciscus aja. Event-nya waktu itu adalah Indonesia Property Expo (IPEX), berlokasi di JCC, selama 4 hari acara. FYI, event planner atau EO dari pameran IPEX tersebut adalah perusahaan EO tempat Almarhum Bapak gue bekerja.
Inget banget saat itu, gue sama Mba Iya pulang pergi ke acara tersebut bareng Bapak. Bapak setiap ketemu sama temen-temen kantornya pasti langsung ngenalin kita berdua "INI NIH ANAK-ANAK GUE" dengan bangganya gitu. Dulu ngebayangin, gue sama Mba Iya yang lagi sebar-sebar brosur gini aja Bapak gue bangga ngenalin ke teman-temannya, apalagi nanti kalau udah sukses beneran hahaa mewek😂.
Bapak bisa dibilang udah punya posisi yang lumayan penting di kantornya yang bergerak di bidang EO tersebut. Sangat mudah bagi Bapak sebetulnya buat "masukin" anak-anaknya buat bekerja di kantornya. Tapi apakah Bapak melakukan itu? Well, no😆. Bapak memang bukan tipe yang mau memanfaatkan jabatannya dan menjadi "orang dalam" bagi karir anak-anaknya.
Bapak memang sudah membiasakan anak-anaknya untuk berjuang sendiri jika ingin meraih sesuatu. Memaksimalkan potensi dan skill yang dimiliki agar bisa bersaing. Dan yang paling penting, (usahain deh) jangan pakai yang namanya "orang dalam". Kalau lo bisa mendapatkan sesuatu dengan usaha sendiri kenapa harus maksa dengan memanfaatkan privilege orang dalam. Referensi, rekomendasi orang dalam, anything you name it, gak salah juga sih. Tapi pesan Bapak itu sejujurnya sangat bermanfaat buat kehidupan gue pribadi sampai saat ini. Effort gue dalam meraih sesuatu jadi semakin besar, gue berusaha untuk selalu mandiri, tidak mengandalkan orang lain dan tentunya jadi makin tawakal sama yang di atas.
2015, jadi SPG perumahan syariah MashaAllah ukhti😆 |
Terlebih gue itu jaranggg banget update status di social media, banyak diantara teman-teman yang sering kepo kehidupan gue. "Linda kerja dimana sih sekarang?". Karena kebetulan ada momen-momen dimana ketika gue lagi contact-an sama teman sekolah/kuliah, mereka lagi sibuk-sibuknya kerja, guenya lagi free. Mereka lagi free, gue nya yang malah lagi kerja.
Kalau udah liat status job di LinkedIn gue, pasti pada bingung "Gimana bisa dan rasanya bekerja di lebih dari satu perusahaan?". Sebenernya kalau mau di eksplor, banyak juga sih yang sistem kerjanya kaya gue gini. Punya satu settle job dan side job di luar itu, apapun bidangnya.
My LinkedIn Profile |
Working in Different Ways
Di pertengahan 2017 sewaktu lagi ngurus proses skripsi, gue ambil job freelance di sebuah start-up digital marketing bernama eDaun Inspirasi Dijital. Lumayan banget untuk nambah-nambah penghasilan di saat krisis menuju fresh graduate. Gue apply job di eDaun dan job freelance lainnya melalui situs Sribulancer. Worth to try banget sih Sribulancer buat orang-orang yang mau cari kerjaan paruh waktu. Next time gue bakal share ya tentang pengalaman gue pakai Sribulancer ini.
Produk dari startup eDaun yang sudah banyak dikenal masyarakat salah satunya website Hemat.id dan saat ini sudah berkembang ke Aplikasi berbasis Android bernama Kliptalog. Kalau kalian masih cukup asing dengan dua produk tersebut, berarti kalian belum termasuk kategori ibu-ibu rumah tangga yang selalu stand by cari promo supermarket😁. Tugas gue di sana juga lumayan simpel pada waktu itu yaitu sebagai EDP (data entry produk). Sistem kerjanya pun juga remote (work from home) dan sangat fleksibel waktunya. Teman-teman gue sesama EDP pun tersebar dimana-mana ada yang tinggal di Bandung, Tangerang, Semarang hingga Yogyakarta.
Produk dari startup eDaun yang sudah banyak dikenal masyarakat salah satunya website Hemat.id dan saat ini sudah berkembang ke Aplikasi berbasis Android bernama Kliptalog. Kalau kalian masih cukup asing dengan dua produk tersebut, berarti kalian belum termasuk kategori ibu-ibu rumah tangga yang selalu stand by cari promo supermarket😁. Tugas gue di sana juga lumayan simpel pada waktu itu yaitu sebagai EDP (data entry produk). Sistem kerjanya pun juga remote (work from home) dan sangat fleksibel waktunya. Teman-teman gue sesama EDP pun tersebar dimana-mana ada yang tinggal di Bandung, Tangerang, Semarang hingga Yogyakarta.
Kliptalog Apps - Available on Play Store |
Pasca gue lulus kuliah, mulai deh apply kerja yang mulai serius sana-sini. Serius di sini dalam arti full time ya. Karena definisi kerja yang sesungguhnya menurut kebanyakan orang, bahkan menurut orang tua gue sendiri adalah dengan berangkat ke kantor every Mon-Fri from 9 to 5, isn't it?😂. Namun karena belum rezekinya, gue belum bisa dapat pekerjaan full time yang cocok. Ada yang jobdesknya enak tapi kantornya jauh, ada yang kantornya dekat tapi gue-nya gak qualified wkwk. Sampai akhirnya gue dapat panggilan dari ESQ Group, karena gue apply di salah satu anak perusahaannya yang bernama ACT Consulting sebagai Class Manager dengan sistem kerja freelance. Alhamdulillah gue diterima di sana setelah proses screening CV dan ikut pelatihan workshop-nya.
Leaders Alignment Session BRI Finance |
Kenapa Gak Kerja Full Time?
Linda kan udah lama ya jadi CM, coba apply jadi tim consultant junior aja. Nanti bisa sambil jalan S2. - Coach Dudi, Trainer ESQ Leadership Center
Gimana kalau untuk fulltime di sini (eDaun)? Kira-kira bisa ikut ke Bandung juga? - Bu Joyce C., Co-Founcer eDaun Inspirasi Dijital
Beliau-beliau, dua orang yang posisinya cukup penting di tempat gue bekerja saat ini, juga pernah menawarkan hal tersebut. Mama pun juga sempat bertanya pertanyaan yang sama "Gak mau coba full time?"
Di balik rasa lelah bekerja dengan sistem yang seperti ini, sejujurnya gue sangat-sangat senang dan bersyukur bisa berada di posisi ini untuk saat ini. Kedua perusahaan ini bisa menerima gue dengan baik. Banyak tugas dan amanah yang diberikan oleh mereka, artinya mereka percaya dengan kemampuan yang gue miliki. Meski di satu perusahaan gue hanya bisa berinteraksi dengan mereka tanpa tatap muka, dan perusahaan yang satu lagi status pekerjaan gue hanya pekerja lepas (based event). Gue juga bisa lebih banyak kesempatan untuk work from home, jadi bisa sambil jaga Mama, yang sekarang udah jadi orang tua tunggal gue selepas meninggalnya Bapak. Jadi tetap ada hikmah kehidupan yang bisa diambil bukan?😄.
Kalaupun gue harus memilih satu, maka akan ada hal lain yang harus gue korbankan. Dan gue belum bisa mengorbankan salah satunya (WKWKW). Bukan egois ya, lebih kepada beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah, kedua tempat ini sama-sama memberikan kesempatan untuk gue untuk terus belajar dan berkembang, dengan sistem kerja yang bisa dibilang terbatas. Yang terkadang kondisinya juga memaksa gue untuk keluar dari zona nyaman. Sebagaimana sebuah kutipan, life begins at the end of your comfort zone.
Kalaupun gue harus memilih satu, maka akan ada hal lain yang harus gue korbankan. Dan gue belum bisa mengorbankan salah satunya (WKWKW). Bukan egois ya, lebih kepada beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah, kedua tempat ini sama-sama memberikan kesempatan untuk gue untuk terus belajar dan berkembang, dengan sistem kerja yang bisa dibilang terbatas. Yang terkadang kondisinya juga memaksa gue untuk keluar dari zona nyaman. Sebagaimana sebuah kutipan, life begins at the end of your comfort zone.