Baru - baru ini, abang saya satu-satunya, Mas Adhit, berulang tahun yang ke 35. Sebagai adik, saya sih gak ngasih apa-apa wkwk. Entah ini dibilang rezeki atau bukan, tapi ternyata dia mendapat "suatu hadiah" yang gak diduga-duga. Siapa sangka, beliau malah diutus jadi ketua RT secara aklamasi (terpilih karena udah gak ada pilihan lain lagi)😁
Jadi sebelumnya, Mas Adhit itu menjabat sekretaris RT. Namun, ketua RT kami sebelumnya, Pak Aris, baru saja wafat beberapa minggu lalu. Jujur, ketika mendapat kabar ketua RT kami yang sebelumnya meninggal dunia, rasanya sedih dan kaget, karena terakhir bertemu almarhum kondisinya terlihat baik-baik saja. Ditambah lagi almarhum adalah orang yang baik dan banyak membantu keluarga kami ketika kesulitan.
Mas Adhit yang pertama kali menginformasikan berita duka ini awalnya memang terlihat sedih. Namun seketika raut wajahnya justru menjadi linglung (lebih ke planga-plongo) "gue bakal jadi ketua RT nih". Mendengar ucapannya itu, saya baru tersadar dan sedikit tergelitik karena iya juga, siapa lagi yang bakal gantiin almarhum Pak Aris kalau bukan dia.
Apakah tidak ada wakil RT? Gak ada. Jadi urutannya Ketua, Sekretaris dan Bendahara RT. Apakah tidak ada yang mau mencalonkan diri? Benar-benar gak ada, gak ada yang mau lebih tepatnya.
Ditambah lagi, Mas Adhit itu dedicated freelance sebagai graphic designer yang kerjanya remote, fulltime di rumah sebagai bapak rumah tangga, bukan pekerja kantoran (dulu iya, tapi cuma bertahan satu tahun karena gak betah punya bos katanya). Ya gayung bersambut, terpantau warga pun juga sebagai lelaki bak pengangguran yang luntang lantung, dialah yang akhirnya ditetapkan sebagai ketua rukun tetangga.
Anehnya, sebelum kepergian almarhum Pak Aris, almarhum sempat memberikan satu tas berisikan berkas dan ATK RT kepada Mas Adhit. Sekaligus beliau izin pamit untuk pulang kampung ke Yogyakarta (Qadarullah, almarhum wafat di kampung halamannya). Pikir Mas Adhit, oh mungkin kalau-kalau warga butuh dokumen/tanda tangan dari RT biar gak repot.
Bisa jadi ini salah satu firasat almarhum sebelum meninggalkan dunia, menyerahkan tongkat estafet kepemimpinannya untuk digantikan oleh abang saya.
Lelaki (menuju) paruh baya ini berkelahi dengan aspirasi akamsi
Belum ada sebulan menjabat sebagai ketua RT, Mas Adhit banyak mendapatkan aspirasi dari warga untuk menyelesaikan beberapa masalah. Mulai dari keamanan lingkungan, kebersihan, konflik antar warga sampai masalah speaker masjid.
Yah.. walau nampak banyak cengengesannya, saya yakin Mas Adhit bisa menjadi "sosok" pemimpin yang amanah. Setidaknya, untuk kemaslahatan banyak orang dia gak akan bercanda. Bertahun-tahun hidupnya gak jadi apa-apa, mungkin ini saatnya ia berkontribusi buat negara. Sesimpel menjaga kerukunan antar tetangga😁