ldhena

༻✿༺

  • 🏡
  • Bercerita
    • Curhat
    • Esai
  • Beropini
  • Berkreasi
    • Masak-Masak
    • Karya

CATEGORY >

"Gak pernah semuak ini jadi WNI"
Ya Tuhan kenapa aku WNI, #kaburajadulu - seringkali digunakan sebagai yapping yang sering digaungkan saat kami merasa sudah sangat lelah hidup sebagai masyarakat di negara yang (mungkin) gak bakal pernah maju ini. 
Namun, rasa muak sebagai WNI semakin memuncak akhir-akhir ini. Genap 8 dekade Indonesia merdeka, bahkan belum habis bulan Agustus, kami sebagai warga negara harus dihadapkan dengan beragam tragedi yang sangat menyesakkan dada.
Belum hilang di bayangan saya, sosok kecil Raya yang meninggal dunia karena infeksi cacing kronis pada tubuhnya. Kami harus menghadapi adanya kenaikan tunjangan bagi anggota dewan yang rasanya sangat tidak masuk akal, di saat rakyatnya saja sulit buat makan dan mengakses layanan kesehatan yang layak. Ditambah, kelakuan pejabat tolol di parlemen yang tone deaf, mati empatinya, namun masih bisa menari-nari di atas kesengsaraan masyarakat Indonesia.

Affan dibunuh Polisi

Rekaman itu trending di X, berseliweran di lini masa tanpa editan, tanpa sensor. CCTV aksi massa saat itu bukan berupa CCTV Bardi, tapi dari kamera ponsel masyarakat di sekitar Gedung DPR/MPR RI pada 28 Agustus 2025. Rekaman itu merekam Affan, seorang driver online Gojek yang meninggal dunia karena dilindas oleh barracuda Brimob. Mobil taktis yang dengan sengaja di-gas ngeng padahal banyak masyarakat di sekitarnya sedang melakukan aksi unjuk rasa. Sekali lagi, Affan dibunuh polisi.
Who do you call, when the police murders?
Reset Indonesia bukan sekadar akal-akalan antek asing, bukan sekadar tagline kampanye di sosial media. Tapi bentuk harapan, perbaikan buat negara ini.
Sebab nyatanya kami hanya ingin memberi aspirasi bukan dibuat mati. 

- jurnaldhena
Share on:


Baru saja menyelesaikan satu film original Netflix berjudul A Normal Woman. Film bergenre drama dan psychological thriller ini dibintangi Marissa Anita, Dion Wiyoko, Gisella Anastasia, sampai aktris senior, Widyawati. Singkatnya, film ini berkisah tentang Mila (Marissa Anita) sebagai sosok perempuan yang hidup dalam standar istri dan ibu yang sempurna. 

Konflik ceritanya pun bermacam-macam, ada dari ibu kandung yang materialistis, ibu mertua yang perfeksionis (keduanya sama-sama toxic), punya suami juga anak mami, anak yang rebel karena menjadi korban bullying, hingga pada puncaknya ketika Mila harus bertarung mengatasi trauma masa lalu yang membuat dirinya berperilaku abnormal. Asumsi saya, tokoh Mila ini dibuat mengalami psikosomatis, akibat stress berlebih timbul reaksi fisik yang ekstrim pada diri Mila. Jadi memang gak ada hantu ataupun magic di film ini.

Ide cerita dari film ini mengangkat mental health issue, patriarchy in society, racial issue, dan bahkan bagaimana lingkungan yang toxic lama-lama bisa membunuh. Namun, yang bikin jelek, menurut saya, alur cerita yang cenderung loncat-loncat. Beberapa konfliknya juga terkesan maksa dan diada-adain. Trauma di masa lalu Mila (dalam versi anak-anak) yang menjadi background story juga gak begitu matang untuk diangkat. 

Bagi kalian yang sudah menonton sampai di pertengahan cerita dan mengira bahwa Mila ada affair dengan sosok tukang kebun di rumahnya, berarti saya gak sendiri - yakin pasti ada yang mikir begini. Gak paham juga kenapa harus si tukang kebun itu karakternya kaya begitu, bikin curiga aja😆

Saya pribadi tidak membuat review khusus film A Normal Woman ini karena jujur jalan cerita yang cukup hmmm (sorry, Mommy Marissa Anita, in this movie your performance is top notch but not for the whole story😂). Hampir 2 jam menonton film ini, agak kecewa karena saya rasa konfliknya seharusnya bisa lebih seru dari ini. Overall cuma bisa kasih 5/10. Tapi saya tetap akan mengambil beberapa insight yang memang cukup menarik. Meski begitu, tetap spoiler alert ya. Jadi, bookmark dulu saja kalau kalian masih mau nonton filmnya, nanti balik lagi hehe.

Body - Mind - Soul is Matter
Salah satu ide cerita yang saya cukup sukai di film ini adalah mengangkat bagaimana stigma masyarakat terhadap orang-orang dengan mental health issue itu sama dengan orang yang kurang iman, a.k.a jauh dari Tuhan. Ada adegan dimana Mila ini didoakan oleh pendeta (seperti exorcist) untuk dijauhkan dari kejahatan iblis, kalau di Islam mungkin semacam ruqyah. Mengingat apa yang terjadi juga dengan almarhumah kakak saya dulu, Mba Iya, yang wafat karena gerd anxiety. Percayalah, gak elok kalau kita langsung men-judge orang dengan masalah mental itu semata-mata karena kurang ibadah. 

Sedikit flashback, Mba Iya dulu meninggal di tahun 2021, masih zamannya Covid. Punya gerd, ditambah kondisi pandemi yang serba bikin parno, rasanya jadi kombo maut yang mudah mentrigger asam lambung naik. Sama seperti yang dialami Mila, tekanan yang dialaminya menimbulkan reaksi di tubuhnya. Jadi, jika ada dari kalian mengalami hal serupa, melakukan pengobatan secara medis (professional help) dan non medis (berkaitan dengan spiritualitas) menurut saya sangat perlu dilakukan sebagai bentuk ikhtiar penyembuhan. Sebab tubuh, pikiran dan jiwa adalah satu kesatuan yang holistik (selaras dan senantiasa waras).

Tirah, Sebuah Upaya Pemulihan Jiwa
Lalu bagaimana akhir dari film A Normal Woman ini? Karakter utama kabur dan happy ending😁. Ya begitu ending ceritanya, escaping the reality. Meski terkesan "lah udah gitu doang si Milanya kabur ke desa?". Namun, jalan yang ditempuh Mila ini bisa dibilang sebagai bentuk intervensi dalam mengatasi masalah hidupnya. 

Yap, tokoh Mila ini pergi dari "kehidupannya" atau bisa disebut tirah. Tirah dalam bahasa Jawa sendiri artinya istirahat atau pergi sejenak ke tempat lain untuk memulihkan diri. Kalau dikaitkan dengan hal spiritual mungkin bisa dibilang menjauh dari kehidupan yang biasa dijalani sehari-hari untuk menenangkan diri (gak jarang ada yang bilang juga ini treatment untuk buang sial). 

Kalau tidak mau mengaitkan dengan hal mistis, gunakan perspektif logika. Pergi ke tempat baru, healing, or anything you name it, menurut saya itu bisa menjadi salah satu alternatif untuk membuat jiwa tetap waras. Bayangkan, bertahun-tahun hidup di tempat yang sama, dengan rutinitas yang sama, berulang, setiap harinya, apa gak mumet?. Kalau merasa "ada yang gak normal deh selama hidup di tempat ini", sebetulnya bukan diri kita yang sepenuhnya salah, tapi bisa jadi lingkungan yang memicu masalah di dalamnya. 


Apa kamu pernah mengalami hal seperti itu? Berbagi di kolom komentar ya! Karena saya jadi kepikiran, apa sudah waktunya untuk tirah juga?😁

-jurnaldhena
Share on:
  • ← Previous post
  • Next Post →
  • Menulis dan berbagi, agar tak tergerus akal imitasi
  • Pembelajar seumur hidup
120x120

ldhena

Author

TULISAN LDHENA

Menulis bersama LDHENA

Terfavorit

  • Review Film : 1 Kakak 7 Ponakan
    Beberapa kali menonton karya Yandy Laurens, rasanya gak pernah mengecewakan. Mulai dari web series Sore, film Keluarga Cemara sampai Jatuh C...
  • Tiba-tiba Tamasya
    Punya kawan yang berprofesi sebagai guru, seringkali membuat saya harus menyesuaikan jadwal nongkrong dengan kalender akademik yang mereka p...
  • Tirah, Menjaga Kewarasan dalam Jiwa
    Baru saja menyelesaikan satu film original Netflix berjudul A Normal Woman. Film bergenre drama dan  psychological thriller  ini dibintangi ...
  • The Legacy
    When we lose someone we love, life must go on and we have still continued our life.  So after Bapak, Mama, and Mba Iya died, we decided to g...
  • Yang Menari dalam Mati Empati
    "Gak pernah semuak ini jadi WNI" Ya Tuhan kenapa aku WNI, #kaburajadulu - seringkali digunakan sebagai yapping yang sering digaung...

PORTOFOLIO LDHENA

Cek!

Kumpulan Goresan

  • ▼  2025 (6)
    • ▼  Agustus (2)
      • Yang Menari dalam Mati Empati
      • Tirah, Menjaga Kewarasan dalam Jiwa
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2024 (10)
    • ►  Desember (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2023 (7)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2022 (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Oktober (1)
  • ►  2020 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Desember (1)
  • ►  2018 (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2017 (3)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  Mei (1)
  • ►  2012 (4)
    • ►  Desember (3)
    • ►  November (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)

BLOGGER PEREMPUAN NETWORK

INDONESIAN BLOGGER COMMUNITY

Statistik

Profile Linkedin Facebook Twitter Tiktok Instagram

ldhena

༻✿༺

Created By SoraTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates Vector by Freepik